Hanya saja, karena permintaan akan Evolution ini meningkat tajam di benua Eropa dan Amerika, akhirnya dibuat beberapa versi Evolution.
Padahal, awalnya dibuat sekadar untuk mengakomodir kepentingan pabrikan Mitsubishi sebagai mobil homologasi reli yang berniat meramaikan ajang World Rally Championship (WRC) waktu itu.
Lancer Evo-I, II dan III mengusung mesin 2.000 cc dengan pasokan injection turbocharged berlabel 4G-63T. Hasilnya, punya tenaga 244 dengan torsi 309 Nm, dan sanggup melesat sampai 228 kpj.
Insinyur Jepang di Mitsubishi berpikiran sederhana saat membuat mobil ini. Bagaimana caranya memindahkan mesin dan drivetrain all wheel drive yang sedianya dipakai pada Mitsubishi Galant VR-4 ke bodi lebih kecil sehingga bisa lebih gesit tanpa mengurangi performa khas VR-4.
Jok bucket, wiper belakang, power window, rem ABS dan pelek racing alloy jadi kelengkapan standar di GSR. Sementara versi RS bisa dibilang versi spec down untuk mengurangi bobot hingga 70kg. Banyak yang bilang, versi RS merupakan Lancer Evo-I yang 'race ready'.
Lantaran siap dioprek, versi RS terlahir dengan mechanical plate type rear limited-slip differential (LSD). Sementara GSR lebih mengutamakan kenyamanan sebuah street car dengan mengusung LSD model viscous plate.
Kesuksesan model perdana ini terukur dengan terjualnya Evo-I sebanyal 5.000 unit antara 1992-1993.
Turbo diganti dengan model twin scroll yang sangat membantu meraih 276 dk pada 6.500 rpm dan 330 Nm torsi di 4.000 rpm. Mobil berkode sasis CN9A ini juga sudah menggunakan buatan OZ Racing yang ringan dan kuat.
Pada Agustus 1998, Evo V lahir. Walaupun masa produksinya tidak sampai 1 tahun, mobil ini tetap menjadi incaran para maniak Evo. Inilah masa transisi evolusi dari IV ke VI.
Beberapa perubahan sektor mesin pun terjadi di mobil dengan kode sasis CP9A seperti injektor 560 cc, ECU di-remapping supaya mendapatkan torsi lebih besar yakni 373 Nm di 3.000 rpm dengan boost turbo yang sama.
Perubahan hanya di body kit dan minus fog lamp pada Evolution VI. Mitsubishi fokus pada pendinginan mesin seperti menggunakan intercooler dan oil cooler lebih besar.
Sebagai apresiasi atas prestasi 4 kali juara WRC Tommi Makinen, dilahirkanlah Evo VI Tommi Makinen Edition atau sering di sebut Evo TME atau 6½.
Perbedaannya seperti jok Recaro sudah diembos logo Tommi Makinen, setir Momo dan shift knob, pelek Enkei 17 inci warna putih, turbin titanium, dan strut brace depan atas.
3. Mitsubishi Lancer Evolution VII, VIII, IX
Lancer Evo-VII, VIII dan IX memakai basis mobil (platform) Mitsubishi Cedia yang berbodi bongsor karena Lancer versi CK sudah tidak diproduksi lagi pada waktu itu. Tak heran bila bobot total juga bertambah untuk generasi ini.
Mitsubishi kemudian membuat terobosan seputar sasis dan sistem drive train. Perubahan paling besar terasa pada penambahan active center differential dan limited-slip differential (LSD) yang lebih efektif pada roda belakang. Sementara helical limited-slip differential pada roda depan juga dibenahi.
Meski tak ada kewajiban dalam regulasi homologasi, tradisi GSR alias Evo versi jalan raya tetap dipertahankan. Malah, kali ini tersedia transmisi matik pada varian GT-A yang merupakan plagiat Evo-VII GSR namun lebih elegan.
Varian GT-A yang hanya keluar 1 tahun ini (2002), nantinya menjadi platform untuk Lancer Evo-VIII. Paling menarik pada varian ini adalah opsi transmisi matik 5-speed yang disebut 'fuzzy logic' lantaran bisa mempelajari karakter mengemudi sang driver.
Lantaran hanya keluar 1 tahun saja, varian Evo-VIII tak lagi memakai matik fuzzy logic ini. Namun keluar lagi pada generasi ke-IX tetapi hanya pada varian estate car alias Lancer Evolution IX Wagon. Sementara varian sedan saloon Evo-IX dipersenjatai transmisi manual berteknologi Twin Clutch SST gearbox yang berlanjut hingga ke generasi Evo-X
4. Mitsubishi Lancer Evolution X
Namun Evo X versi USDM terlahir dengan tenaga sedikit lebih tinggi dengan konsekuensi torsi lebih rendah. Diklaim menghasilkan 291 dk pada 6.500 rpm dengan torsi 407 Nm pada 4400 rpm.
Baru pada 2009 versi JDM di-boost oleh pabrikan menjadi 296 dk pada 6.500 rpm, menjadi lebih tinggi spek-nya ketimbang Evo-X versi USDM. Sedangkan versi Inggris alias EUDM untuk tipe teratas, FQ 400 dapat menelurkan 400 dk serta torsi 542 Nm.
Mitsubishi menamakan S-AWC (Super–All Wheel Control). Sistemnya terintegrasi dengan ABS, AYC (Active Yaw Control), ASC (Active Stability Control) dan ACD (Active Center Differential).
Dengan adanya S-AWC menurut Irianto Wijaya dari R Speed, Duren Sawit, Jaktim yang sering menangani Evo, menikung jadi lebih stabil di berbagai kondisi jalan.